Sekitar jam 05.00 salah seorang pegawai rumah sakit menghubungi seorang dokter. Pegawai rumah sakit itu mengatakan "Salah seorang pasien yang akan menjalani operasi pada hari ini telah melarikan diri." Mendapat laporan tersebut sang dokter lalu berkata "Insya Allah ia akan baik-baik saja, saya selalu mendoakannya."
Dua minggu kemudian ada seorang pemuda berumur kurang dari 20 tahun mencari dokter tersebut di luar ruang operasi. Sang dokter lalu menemuinya. Dan ternyata pemuda itu adalah pemuda yang melarikan diri saat operasi. Dokter bertanya;
"Kamukah yang melarikan diri dari operasi dua minggu lalu? Pemuda itu menjawab "iya."
Sang dokter kembali bertanya "Kenapa kamu melarikan diri?
Pemuda itu menjawab "Saya takut mati."
Dokter pun kembali bertanya.. "Kenapa kamu takut mati? "Karena saya belum siap." jawab pemuda itu...
Kenapa kamu belum siap? ia menjawab "Dorongan hawa nafsu dan setan..."
"Lalu kapan Anda siap, atau Kapan anda bisa mengendalikan hawa nafsu dan setan tersebut..."
Pemuda itu menjawab "Saya tidak tahu, tetapi saya selalu berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk..."
"Lalu apakah kamu yakin akan keluar dari kegelapan ini? Untuk kesekian kalinya sang dokter bertanya...
Apakah kamu yakin besok masih menghirup udara segar....
Apakah kamu yakin besok kamu masih hidup?
Dengan tersipu dia menjawab
"Tentu saja dia tidak..."
Sang dokter kemudian berkata " Dengarkanlah, saya akan menceritakan suatu kejadian kepadamu Semoga kamu dapat mengambil hikmah darinya..."
Pada hari Selasa sekitar waktu Ashar, saya mendatangi seorang teman untuk memberikan nasehat kepadanya agar selalu menjaga sholat. Setelah terjadi perdebatan yang panjang, akhirnya ia berkata kepadaku. "Wahai Sahabatku, jika kedatanganmu hanya untuk memperdebatkan masalah ini, saya minta kamu membicarakan hal yang lain saja."
Saya katakan kepadanya, " wahai Abu Fulan, takutlah kepada Allah, kamu tidak tahu kapan kamu mati, bisa jadi kamu mati besok sekarang atau mungkin beberapa jam lagi".
Dengan Congkak ia menjawab, "Aku masih muda, aku baru berumur 40 tahun, ayahku meninggal pada usia 90 tahun, sedangkan Kakek meninggal pada usia 100 tahun. Saya masih segar bugar dan sehat, jika aku sudah berusia 60 tahun aku akan mendirikan salat."
Saya katakan "Takutlah kepada Allah, kematian bisa mendatangimu kapan saja." ia menjawab dengan Congkak seperti jawaban tadi. Akhirnya saya meninggalkannya dengan perasaan sedih.
Pada hari Rabu tepat jam 10.00, salah seorang teman memberi kabar kepadaku, abu fulan orang yang berdebat denganku kemarin telah meninggal pada hari ini waktu Ashar dalam satu kecelakaan lalu lintas di suatu jalan di wilayah Dammam dan kami akan melayatinya besok hari Kamis waktu Dzuhur.
Berita tersebut sampai ke telinga ku bagaikan petir menyambar. Saya sangat sayang kepadanya, terasa masih hangat di dalam benak saya apa yang ia bicarakan, apa yang ia perdebatkan karena kecongkakan nya. Saat itu ia hanya mengharapkan hidup 20 tahun lagi untuk mendirikan salat, akan tetapi ia hanya diberi kesempatan 24 jam saja, sekarang apa yang akan dia katakan karena semuanya sudah terlambat dia sudah berpulang ke yang Maha Kuasa.
Dikisahkan juga ada seorang pegawai yang bertugas memandikan jenazah di rumah sakit angkatan bersenjata. Petugas itu mengisahkan bahwa seorang komandan pleton Angkatan Udara memintanya untuk memandikan salah satu rekannya yang meninggal. Pegawai itu berkata "Maka saya dan komandan tersebut memandikan rekannya bersama-sama, lalu pada pukul setengah 12 siang, kami berpisah, ia membawa jenazah tersebut ke masjid untuk disholatkan, kemudian ia akan membawanya ke pemakaman, sedangkan saya pulang bersiap-siap untuk salat dzuhur.
Pada pukul 01.00 siang, rumah sakit menghubungiku bahwa di sana ada satu jenazah yang datang untuk segera dimandikan karena kerabatnya ingin menyolatkan nya pada waktu Ashar. Maka saya segera berangkat ke rumah sakit. Setibanya di sana saya membuka penutup jenazah tersebut, dan betapa terkejutnya ternyata jenazah itu adalah komandan pleton yang baru 2 jam lalu berpisah dengan saya. Dialah yang ikut serta memandikan rekannya yang meninggal terlebih dahulu kemudian membawanya untuk disholatkan.
Saya sempat kaget sehingga tidak bisa menguasai diri. Saya segera pergi ke ruang kantor untuk duduk sebentar dan berdzikir kepada Allah, kemudian dengan bertawakal kepadanya saya memandikannya.
Setelah memandikannya saya bertanya kepada kerabatnya apa yang terjadi dengan orang ini. Mereka menceritakan "Ia turun ke dalam makam untuk meletakkan jenazah rekannya, dan disaat ingin naik ia merasakan sakit di dadanya lalu ia meninggal di dalam makam tersebut."
Maha suci Allah... Sungguh benar... cukuplah kematian sebagai peringatan. Semoga Allah senantiasa merahmati Ali bin Abi Thalib yang sangat khawatir terhadap 2 hal, panjang angan-angan dan memperturutkan hawa nafsu.
Pembaca sekalian, cerita ini saya ambil dari buku berjudul kesaksian seorang dokter, ini merupakan buku best seller cetakan Darus sunnah, di mana isinya merupakan kisah nyata yang dialami oleh Dr Khalid bin Abdul Aziz Al jubair dia adalah spesialis bedah dan jantung. Dari kisah kehidupan yang sudah dituliskan di awal, kejadian nyata yang begitu dekat ini menuntut kita untuk mengintrospeksi diri dan merenungkan keadaan kita, tahukah kita Bagaimana sikap kita yang selalu berada dalam bayang-bayang kematian?
Sungguh merupakan hal yang sangat mengherankan, di mana Banyak sekali orang yang memasuki wilayah pemakaman akan tetapi Sikap mereka sama saja seperti mereka memasuki pasar. Ada 2 orang yang bercanda Ria saat sedang mengirimkan jenazah menuju pemakaman sampai orang yang menyalakan r*koknya saat ia belum melangkah keluar dari Kompleks pemakaman.
Sungguh keadaan ini sangat menyedihkan, kita telah merasa aman dari ujian Allah lalu kita melupakan kematian, kita membuang bayang-bayang seakan kita akan hidup selamanya. Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata " jika kita merenungkan sisi-sisi para sahabat Rasulullah, kita akan dapati mereka sangat giat beramal dengan diiringi rasa takut kepada Alloh. Sedangkan amal ibadah kita sangat kurang bahkan kita telah bersikap meremehkan dan merasa aman dari ujian Allah.
Jika gambaran Ibnu qoyyim tentang dirinya dan masyarakat pada zaman beliau dibandingkan dengan keadaan para sahabat seperti itu, lalu bagaimana keadaan kita jika dibandingkan mereka? Kita harus menjadikan kematian sebagai pengingat yang selalu melekat dalam pikiran dan benak kita, sehingga ketika melihat jubah atau baju berwarna putih, kita akan segera mengingat kain kafan, liang lahat, pertanyaan Mungkar dan Nakir, dan seterusnya. Apakah kita sudah siap untuk menghadapinya?
Adakah diantara kita jika melihat api di tungku ataupun di tempat lain segera bertanya kepada diri sendiri, " apakah aku telah melakukan suatu perbuatan yang mendekatkan diriku kepadanya? Lalu ia mengingat-ingat perbuatan dosa seraya bertobat dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
Jangan sampai kita seperti pemuda yang melarikan diri dari operasi karena ia belum siap untuk mati, lalu ia takut akan kelanjutan nasibnya, padahal Ia sangat mengenal musuhnya, akan tetapi ia menyerah kalah walaupun ia sangat memahami bahwa musuhnya pasti akan menyeret nya ke dalam neraka. Hendaklah juga kita bersikap seperti tentara yang berada di medan pertempuran, selalu siap menghadapi musuh, hawa nafsu dan setan yang tidak sedikitpun lengah mengawasinya dan menyiapkan semua senjata untuk memeranginya. Hal ini menuntut kita selalu dalam keadaan sehat dan Fit dengan berbagai gizi dan jejamuan yang mujarab.
Gizi yang paling bermutu adalah gizi iman, dan sebaik-baiknya jamuan adalah tuntunan dan hukum yang telah Allah sebutkan dalam Al Quran.
" barangsiapa yang berpaling dari pengajaran yang maha pemurah yaitu Alquran setan yang menyesatkan mata setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya Al Quran surat Al zuhruf ayat 36."
Hendaklah engkau memerangi ketika musuh tersebut dengan bersenjatakan iman sholat dan Alquran. Jika engkau tidak mengetahui kapan dan di mana akan mati, maka Kenapa engkau tidak memperbaiki diri secara terus menerus. Selalu berusaha membenahi kekurangan, bertaubat dengan segera setelah melakukan kesalahan. Karena bisa jadi engkau akan dipanggil menghadap Allah saat sedang bertobat dan menyesali kesalahan. Lalu engkau menghadap kepadanya seakan-akan tidak pernah berbuat dosa maupun kesalahan, bahkan semua dosa dan kesalahan akan menjadi kebaikan.
Berikut ini cara mudah untuk bermuhasabah atau introspeksi diri;
Dua minggu kemudian ada seorang pemuda berumur kurang dari 20 tahun mencari dokter tersebut di luar ruang operasi. Sang dokter lalu menemuinya. Dan ternyata pemuda itu adalah pemuda yang melarikan diri saat operasi. Dokter bertanya;
"Kamukah yang melarikan diri dari operasi dua minggu lalu? Pemuda itu menjawab "iya."
Sang dokter kembali bertanya "Kenapa kamu melarikan diri?
Pemuda itu menjawab "Saya takut mati."
Dokter pun kembali bertanya.. "Kenapa kamu takut mati? "Karena saya belum siap." jawab pemuda itu...
Kenapa kamu belum siap? ia menjawab "Dorongan hawa nafsu dan setan..."
"Lalu kapan Anda siap, atau Kapan anda bisa mengendalikan hawa nafsu dan setan tersebut..."
Pemuda itu menjawab "Saya tidak tahu, tetapi saya selalu berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk..."
"Lalu apakah kamu yakin akan keluar dari kegelapan ini? Untuk kesekian kalinya sang dokter bertanya...
Apakah kamu yakin besok masih menghirup udara segar....
Apakah kamu yakin besok kamu masih hidup?
Dengan tersipu dia menjawab
"Tentu saja dia tidak..."
Sang dokter kemudian berkata " Dengarkanlah, saya akan menceritakan suatu kejadian kepadamu Semoga kamu dapat mengambil hikmah darinya..."
Pada hari Selasa sekitar waktu Ashar, saya mendatangi seorang teman untuk memberikan nasehat kepadanya agar selalu menjaga sholat. Setelah terjadi perdebatan yang panjang, akhirnya ia berkata kepadaku. "Wahai Sahabatku, jika kedatanganmu hanya untuk memperdebatkan masalah ini, saya minta kamu membicarakan hal yang lain saja."
Saya katakan kepadanya, " wahai Abu Fulan, takutlah kepada Allah, kamu tidak tahu kapan kamu mati, bisa jadi kamu mati besok sekarang atau mungkin beberapa jam lagi".
Dengan Congkak ia menjawab, "Aku masih muda, aku baru berumur 40 tahun, ayahku meninggal pada usia 90 tahun, sedangkan Kakek meninggal pada usia 100 tahun. Saya masih segar bugar dan sehat, jika aku sudah berusia 60 tahun aku akan mendirikan salat."
Saya katakan "Takutlah kepada Allah, kematian bisa mendatangimu kapan saja." ia menjawab dengan Congkak seperti jawaban tadi. Akhirnya saya meninggalkannya dengan perasaan sedih.
Pada hari Rabu tepat jam 10.00, salah seorang teman memberi kabar kepadaku, abu fulan orang yang berdebat denganku kemarin telah meninggal pada hari ini waktu Ashar dalam satu kecelakaan lalu lintas di suatu jalan di wilayah Dammam dan kami akan melayatinya besok hari Kamis waktu Dzuhur.
Berita tersebut sampai ke telinga ku bagaikan petir menyambar. Saya sangat sayang kepadanya, terasa masih hangat di dalam benak saya apa yang ia bicarakan, apa yang ia perdebatkan karena kecongkakan nya. Saat itu ia hanya mengharapkan hidup 20 tahun lagi untuk mendirikan salat, akan tetapi ia hanya diberi kesempatan 24 jam saja, sekarang apa yang akan dia katakan karena semuanya sudah terlambat dia sudah berpulang ke yang Maha Kuasa.
Dikisahkan juga ada seorang pegawai yang bertugas memandikan jenazah di rumah sakit angkatan bersenjata. Petugas itu mengisahkan bahwa seorang komandan pleton Angkatan Udara memintanya untuk memandikan salah satu rekannya yang meninggal. Pegawai itu berkata "Maka saya dan komandan tersebut memandikan rekannya bersama-sama, lalu pada pukul setengah 12 siang, kami berpisah, ia membawa jenazah tersebut ke masjid untuk disholatkan, kemudian ia akan membawanya ke pemakaman, sedangkan saya pulang bersiap-siap untuk salat dzuhur.
Pada pukul 01.00 siang, rumah sakit menghubungiku bahwa di sana ada satu jenazah yang datang untuk segera dimandikan karena kerabatnya ingin menyolatkan nya pada waktu Ashar. Maka saya segera berangkat ke rumah sakit. Setibanya di sana saya membuka penutup jenazah tersebut, dan betapa terkejutnya ternyata jenazah itu adalah komandan pleton yang baru 2 jam lalu berpisah dengan saya. Dialah yang ikut serta memandikan rekannya yang meninggal terlebih dahulu kemudian membawanya untuk disholatkan.
Saya sempat kaget sehingga tidak bisa menguasai diri. Saya segera pergi ke ruang kantor untuk duduk sebentar dan berdzikir kepada Allah, kemudian dengan bertawakal kepadanya saya memandikannya.
Setelah memandikannya saya bertanya kepada kerabatnya apa yang terjadi dengan orang ini. Mereka menceritakan "Ia turun ke dalam makam untuk meletakkan jenazah rekannya, dan disaat ingin naik ia merasakan sakit di dadanya lalu ia meninggal di dalam makam tersebut."
Maha suci Allah... Sungguh benar... cukuplah kematian sebagai peringatan. Semoga Allah senantiasa merahmati Ali bin Abi Thalib yang sangat khawatir terhadap 2 hal, panjang angan-angan dan memperturutkan hawa nafsu.
Pembaca sekalian, cerita ini saya ambil dari buku berjudul kesaksian seorang dokter, ini merupakan buku best seller cetakan Darus sunnah, di mana isinya merupakan kisah nyata yang dialami oleh Dr Khalid bin Abdul Aziz Al jubair dia adalah spesialis bedah dan jantung. Dari kisah kehidupan yang sudah dituliskan di awal, kejadian nyata yang begitu dekat ini menuntut kita untuk mengintrospeksi diri dan merenungkan keadaan kita, tahukah kita Bagaimana sikap kita yang selalu berada dalam bayang-bayang kematian?
Sungguh merupakan hal yang sangat mengherankan, di mana Banyak sekali orang yang memasuki wilayah pemakaman akan tetapi Sikap mereka sama saja seperti mereka memasuki pasar. Ada 2 orang yang bercanda Ria saat sedang mengirimkan jenazah menuju pemakaman sampai orang yang menyalakan r*koknya saat ia belum melangkah keluar dari Kompleks pemakaman.
Sungguh keadaan ini sangat menyedihkan, kita telah merasa aman dari ujian Allah lalu kita melupakan kematian, kita membuang bayang-bayang seakan kita akan hidup selamanya. Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata " jika kita merenungkan sisi-sisi para sahabat Rasulullah, kita akan dapati mereka sangat giat beramal dengan diiringi rasa takut kepada Alloh. Sedangkan amal ibadah kita sangat kurang bahkan kita telah bersikap meremehkan dan merasa aman dari ujian Allah.
Jika gambaran Ibnu qoyyim tentang dirinya dan masyarakat pada zaman beliau dibandingkan dengan keadaan para sahabat seperti itu, lalu bagaimana keadaan kita jika dibandingkan mereka? Kita harus menjadikan kematian sebagai pengingat yang selalu melekat dalam pikiran dan benak kita, sehingga ketika melihat jubah atau baju berwarna putih, kita akan segera mengingat kain kafan, liang lahat, pertanyaan Mungkar dan Nakir, dan seterusnya. Apakah kita sudah siap untuk menghadapinya?
Adakah diantara kita jika melihat api di tungku ataupun di tempat lain segera bertanya kepada diri sendiri, " apakah aku telah melakukan suatu perbuatan yang mendekatkan diriku kepadanya? Lalu ia mengingat-ingat perbuatan dosa seraya bertobat dan berjanji untuk tidak mengulanginya.
Jangan sampai kita seperti pemuda yang melarikan diri dari operasi karena ia belum siap untuk mati, lalu ia takut akan kelanjutan nasibnya, padahal Ia sangat mengenal musuhnya, akan tetapi ia menyerah kalah walaupun ia sangat memahami bahwa musuhnya pasti akan menyeret nya ke dalam neraka. Hendaklah juga kita bersikap seperti tentara yang berada di medan pertempuran, selalu siap menghadapi musuh, hawa nafsu dan setan yang tidak sedikitpun lengah mengawasinya dan menyiapkan semua senjata untuk memeranginya. Hal ini menuntut kita selalu dalam keadaan sehat dan Fit dengan berbagai gizi dan jejamuan yang mujarab.
Gizi yang paling bermutu adalah gizi iman, dan sebaik-baiknya jamuan adalah tuntunan dan hukum yang telah Allah sebutkan dalam Al Quran.
" barangsiapa yang berpaling dari pengajaran yang maha pemurah yaitu Alquran setan yang menyesatkan mata setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya Al Quran surat Al zuhruf ayat 36."
Hendaklah engkau memerangi ketika musuh tersebut dengan bersenjatakan iman sholat dan Alquran. Jika engkau tidak mengetahui kapan dan di mana akan mati, maka Kenapa engkau tidak memperbaiki diri secara terus menerus. Selalu berusaha membenahi kekurangan, bertaubat dengan segera setelah melakukan kesalahan. Karena bisa jadi engkau akan dipanggil menghadap Allah saat sedang bertobat dan menyesali kesalahan. Lalu engkau menghadap kepadanya seakan-akan tidak pernah berbuat dosa maupun kesalahan, bahkan semua dosa dan kesalahan akan menjadi kebaikan.
Berikut ini cara mudah untuk bermuhasabah atau introspeksi diri;
- Setelah meletakkan kepala diatas bantal lalu membaca doa-doa, segeralah mengingat segala hal yang telah dilakukan siang itu meliputi amal dan aktivitas yang baik maupun yang buruk.
- Mulailah dengan hal-hal yang berkaitan dengan syahadat, salat, zakat, sedekah ,lalu hal-hal yang berkaitan dengan rukun iman, iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk, dan seterusnya.Jika semua hal yang telah diingat ternyata tidak bermasalah, maka ucapkanlah Alhamdulillah, akan tetapi jika yang didapati adalah hal buruk, maka bacalah ta'awudz, minta perlindungan kepada Allah dari segala gangguan setan, beristighfar, bertobat dan menangislah dihadapaNnya. Semoga Allah berkenan untuk menerima taubatmu, lalu berniatlah untuk tidak Mengulangi kesalahan itu, jika ada sarana yang mendekatkan kepada dosa maka Berjanjilah kepada Allah untuk tidak mengulangi lagi pada hari-hari yang akan datang, lalu Tidurlah dalam keadaan telah bertaubat.
- Setelah mengingat-ingat hal-hal berkenaan dengan hak Allah, lanjutkan mengingat hal yang berkenaan dengan hak makhluk, yakni orang tua, istri, anak, saudara-saudaramu, tetanggamu, teman, kawan dan seterusnya, apakah amal dan aktivitasmu hari ini telah menyebabkan Allah murka berkenaan dengan hak-hak mereka? Dan Jika ternyata belum bisa menunaikan hak mereka dengan baik maka bertaubatlah dan berjanji kepada Allah untuk tidak mengulanginya lagi.
- Mungkin engkau akan ingat bahwa engkau telah berjanji kepada Allah dan engkau telah bermuhasabah maka engkau akan selalu berusaha menghindari kesalahan sebelum terjerumus ke dalamnya.
- Atau mungkin engkau terjerumus kembali dalam kesalahan kemudian engkau bertobat kembali, jadi setiap melakukan kesalahan di siang hari engkau akan bertaubat Pada malam harinya karena Allah mengampuni dosa-dosa orang yang bertobat. Demikian selanjutnya hingga akhirnya engkau akan merasa malu terhadap Allah setelah berkali-kali bertobat. Sungguh Taubat dan penyesalanmu merupakan ibadah yang akan mendatangkan pahala.